Pentingnya Pelatihan Tenaga Pelatih Kesehatan di Era Modern

Oleh. Dr. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA

Pelatihan Tenaga Pelatih Kesehatan (PTK) memegang peranan vital dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Dalam era modern yang penuh dinamika dan tantangan, pembelajaran orang dewasa atau andragogi menjadi kunci utama dalam upaya ini. Melalui pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep andragogi, para pelatih dapat lebih efektif dalam membimbing dan mengarahkan tenaga kesehatan untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan.

Pergeseran Paradigma Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, terjadi pergeseran paradigma yang signifikan. Menurut Ramsden (1992), ada tiga teori mengajar yang utama: berfokus pada pengajar (teacher center), berfokus pada pembelajar (learner center), dan perpaduan antara keduanya. Dalam konteks PTK, paradigma pendidikan ini harus bergerak ke arah yang lebih berfokus pada pembelajar. Pelatih tidak lagi hanya menjadi penyampai materi, tetapi juga fasilitator yang mengorganisasikan aktivitas pembelajaran. Hal ini tercermin dalam prinsip-prinsip andragogi yang menekankan pentingnya pengalaman dan kemandirian pembelajar.

Teori Belajar dalam Andragogi

Beberapa teori belajar mendasari konsep andragogi, di antaranya adalah teori behavioristik, kognitif, dan konstruktif. Teori behavioristik menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila terdapat perubahan tingkah laku pada pembelajar. Pelopor teori ini adalah Pavlov. Di sisi lain, teori kognitif, yang dipelopori oleh Jean Piaget, memfokuskan pada proses berpikir di balik perubahan tingkah laku. Teori konstruktif, yang dikembangkan oleh Schuman Merrill dan Smorgansbond, menyatakan bahwa pembelajar membangun pengetahuan melalui pandangannya sendiri berdasarkan pengalaman individual atau skema.

Dalam PTK, ketiga teori ini harus diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Pelatih harus mampu memahami bahwa setiap pembelajar memiliki pengalaman dan kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pembelajar.

Perbedaan Pedagogi dan Andragogi

Salah satu perbedaan mendasar antara pedagogi dan andragogi adalah konsep diri pembelajar. Dalam pedagogi, pembelajar bergantung pada pengajar. Sementara dalam andragogi, pembelajar lebih mandiri. Pembelajar dewasa memiliki lebih banyak pengalaman yang menjadi sumber belajar dibandingkan anak-anak. Mereka juga lebih siap belajar karena kebutuhan pragmatis mereka. Orientasi belajar mereka lebih berfokus pada pemecahan masalah dan tugas yang aplikatif dibandingkan fokus pengetahuan masa depan dalam pedagogi.

Dalam pelatihan tenaga pelatih kesehatan, pemahaman tentang perbedaan ini sangat penting. Pelatih harus mampu mengadaptasi metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pembelajar dewasa. Mereka harus menciptakan suasana belajar yang demokratis, di mana pembelajar diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Strategi Pembelajaran Orang Dewasa

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelatihan, pelatih harus menerapkan berbagai strategi pembelajaran orang dewasa. Beberapa prinsip utama yang harus diperhatikan adalah recency, appropriateness, motivation, primacy, two-way communication, feedback, active learning, multiple sense learning, dan exercise.

Recency mengacu pada penyajian materi yang baru dan relevan dengan kebutuhan pembelajar. Appropriateness berarti materi yang disampaikan harus sesuai dengan konteks dan kondisi pembelajar. Motivation mengacu pada pentingnya memberikan motivasi yang tinggi kepada pembelajar untuk belajar. Primacy berarti materi yang disampaikan harus unggul dan bermanfaat bagi pembelajar. Two-way communication mengacu pada pentingnya komunikasi dua arah yang efektif antara pelatih dan pembelajar. Feedback mengacu pada pemberian masukan yang konstruktif kepada pembelajar. Active learning mengacu pada pembelajaran yang aktif dan partisipatif. Multiple sense learning mengacu pada pembelajaran yang melibatkan berbagai indera. Exercise mengacu pada pentingnya latihan yang berkesinambungan dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan DIKLAT di RSPAD

Pelaksanaan DIKLAT di RSPAD merupakan salah satu contoh konkret dari penerapan prinsip-prinsip andragogi dalam pelatihan tenaga pelatih kesehatan. DIKLAT ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep pembelajaran orang dewasa dan cara mengimplementasikannya dalam konteks pelatihan kesehatan. Melalui DIKLAT ini, para pelatih diharapkan dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam membimbing dan mengarahkan tenaga kesehatan untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan.

Pelatihan ini mencakup berbagai materi yang relevan, mulai dari pengertian pembelajaran orang dewasa, pergeseran paradigma pendidikan, teori belajar, perbedaan pedagogi dan andragogi, hingga strategi pembelajaran orang dewasa. Seluruh materi disampaikan dengan pendekatan yang interaktif dan partisipatif, di mana para peserta dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Mereka diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, berbagi pengalaman, dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan belajar.

Karakteristik Pembelajaran Orang Dewasa

Karakteristik utama pembelajaran orang dewasa adalah konsep diri, pengalaman, dan kesiapan belajar. Pembelajar dewasa dilibatkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran dan diberi kebebasan mengemukakan pendapat. Mereka memiliki banyak pengalaman yang harus diintegrasikan ke dalam situasi belajar. Mereka juga siap belajar karena memiliki banyak keperluan dan pekerjaan.

Dalam pelatihan tenaga pelatih kesehatan, pelatih harus mampu menciptakan suasana belajar yang demokratis dan inklusif. Mereka harus bersikap empati, jujur, dan menghargai peserta. Mereka harus terlibat penuh dalam proses pembelajaran dan memberi kesempatan kepada peserta untuk berpartisipasi aktif. Mereka harus menghindari sikap menggurui, memaksakan kehendak, atau menyalahkan peserta.

Etika dalam Pembelajaran Orang Dewasa

Etika dalam pembelajaran orang dewasa dilandasi oleh tiga ranah pembelajaran: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam konteks pelatihan tenaga pelatih kesehatan, etika ini sangat penting untuk memastikan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan baik dan efektif. Pelatih harus mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif, menyusun perencanaan kegiatan secara bersama, menilai atau mengidentifikasi minat dan kebutuhan peserta, merumuskan tujuan belajar, merancang kegiatan belajar, melaksanakan kegiatan belajar, dan mengevaluasi hasil belajar.

Langkah-langkah Pembelajaran Orang Dewasa

Pelatihan tenaga pelatih kesehatan harus mencakup langkah-langkah pembelajaran yang sistematis dan terstruktur. Langkah-langkah ini meliputi menciptakan iklim untuk belajar, menyusun perencanaan kegiatan secara bersama, menilai atau mengidentifikasi minat kebutuhan dan nilai-nilai, merumuskan tujuan belajar, merancang kegiatan belajar, melaksanakan kegiatan belajar, dan mengevaluasi hasil belajar. Seluruh langkah ini harus dilaksanakan dengan melibatkan peserta secara aktif dan partisipatif.

Refleksi dan Implikasi

Pelatihan tenaga pelatih kesehatan memiliki implikasi yang sangat besar bagi peningkatan kualitas layanan kesehatan. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip andragogi, para pelatih dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, partisipatif, dan efektif. Hal ini tidak hanya meningkatkan kompetensi dan kinerja tenaga kesehatan, tetapi juga berdampak positif pada kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat.

Penerapan andragogi dalam pelatihan tenaga pelatih kesehatan juga dapat membantu mengatasi berbagai tantangan dalam pendidikan kesehatan. Dengan memahami kebutuhan dan karakteristik pembelajar dewasa, para pelatih dapat mengembangkan metode pembelajaran yang lebih relevan dan kontekstual. Mereka dapat menciptakan suasana belajar yang demokratis dan inklusif, di mana pembelajar diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Dalam jangka panjang, pelatihan tenaga pelatih kesehatan yang efektif dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas layanan kesehatan secara keseluruhan. Tenaga kesehatan yang kompeten dan terampil akan mampu memberikan layanan yang lebih baik dan lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Kesimpulan

Pelatihan tenaga pelatih kesehatan merupakan langkah penting dalam upaya meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip andragogi, para pelatih dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, partisipatif, dan efektif. Pelaksanaan DIKLAT di RSPAD menjadi contoh konkret dari penerapan prinsip-prinsip ini dalam konteks pelatihan kesehatan. Melalui pelatihan ini, para pelatih diharapkan dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam membimbing dan mengarahkan tenaga kesehatan untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan. Dengan demikian, pelatihan tenaga pelatih kesehatan memiliki implikasi yang sangat besar bagi peningkatan kualitas layanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.