Perbedaan Gender dalam Preferensi Makanan dan Aktivitas Fisik: Sebuah Survei Populasi

Oleh.  Dr. H. Ahyar Wahyudi, S.Kep. Ns., M.Kep., CISHR, FISQua, FRSPH, FIHFAA

Pendahuluan

Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian ekstensif di bidang fisiologi manusia telah mengungkapkan adanya perbedaan gender dalam berbagai jalur hormonal dan parameter medis, termasuk dalam preferensi makanan (Tarnopolsky & Saris, 2001). Sepanjang sejarah manusia, perempuan telah bertanggung jawab atas reproduksi dalam lingkungan yang kekurangan nutrisi, yang menyebabkan mereka mengalami tekanan evolusioner yang lebih besar dibandingkan laki-laki (Della Torre & Maggi, 2017). Perbedaan gender dalam sirkuit penghargaan makanan telah ditemukan dengan respons neural spesifik terhadap rangsangan sensorik, sinyal hormonal, dan bias kognitif (Orsini et al., 2022). Oleh karena itu, dalam studi neuroimaging fungsional, perempuan menunjukkan peningkatan aktivasi di area frontal, limbik, dan striatal otak sebagai respons terhadap berbagai rangsangan makanan (Chao et al., 2017).

Memahami perbedaan rasa dan kebiasaan makan antara laki-laki dan perempuan sangat penting untuk mengembangkan strategi nutrisi yang dipersonalisasi dan meningkatkan pencegahan penyakit kardiometabolik. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan cenderung memiliki selera yang berbeda dan mengonsumsi jenis makanan yang berbeda. Perempuan biasanya menunjukkan konsumsi buah dan sayuran yang lebih tinggi, asupan serat makanan yang meningkat, dan asupan lemak yang lebih rendah, sejalan dengan pilihan makanan yang lebih sehat (Westenhoefer, 2005). Sebaliknya, pilihan makanan yang kurang sehat di kalangan laki-laki mungkin terkait dengan pengetahuan nutrisi yang lebih rendah. Selain itu, laki-laki dan perempuan menunjukkan sikap yang berbeda terhadap makan hedonis. Menariknya, kecenderungan yang lebih besar untuk memilih makanan berkalori tinggi telah ditunjukkan pada laki-laki setelah stimulasi aktivitas neural, dibandingkan dengan perempuan, yang menunjukkan pola penghargaan neuro-kognitif yang berbeda terkait gender (Manippa et al., 2017). Sesuai dengan itu, studi klinis telah secara konsisten menyoroti perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek perilaku makan dan pilihan nutrisi. Perempuan cenderung menunjukkan pembatasan diet yang lebih besar, sifat lapar, disinhibisi, perilaku terkait gangguan makan, depresi, dan stres dibandingkan laki-laki. Selain itu, perempuan sering kali mengungkapkan daya tarik dan keakraban yang lebih tinggi dengan makanan rendah kalori (Legget et al., 2023).

Metode

Studi ini melibatkan sekelompok peserta yang beragam secara demografis yang direkrut dari sebuah pusat obesitas di Roma, Italia. Kriteria inklusi meliputi pasien berusia di atas 20 tahun yang mampu menyelesaikan survei online dalam bahasa Italia sebelum kunjungan awal mereka dan bersedia memberikan persetujuan tertulis. Survei online terdiri dari pertanyaan tentang rasa makanan, preferensi makanan, kebiasaan makan, dan keterlibatan olahraga. Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS v. 28 dengan tes chi-square dan t-test independen untuk menentukan signifikansi statistik perbedaan antara kelompok laki-laki dan perempuan.

Hasil

Studi ini mencakup 2.198 peserta, dengan 1.314 perempuan dan 884 laki-laki. Analisis menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kebiasaan makan dan preferensi makanan berdasarkan gender. Laki-laki cenderung mengonsumsi daging merah dan olahan lebih banyak, sedangkan perempuan lebih memilih sayuran, biji-bijian utuh, tahu, dan cokelat hitam dengan kandungan kakao tinggi. Perbedaan juga ditemukan dalam kebiasaan makan, termasuk frekuensi makan, kebiasaan ngemil, dan pola lapar.

Diskusi

Temuan ini menjelaskan interaksi kompleks antara faktor biologis, budaya, dan berbasis gender dalam membentuk preferensi makanan dan perilaku makan. Studi ini mengungkapkan bahwa dinamika gender secara signifikan memengaruhi pilihan makanan dan kebiasaan makan: perempuan cenderung memilih makanan yang lebih sehat dan makan secara teratur, sementara laki-laki menunjukkan preferensi untuk rasa tertentu dan perilaku terkait makan. Perbedaan ini tidak hanya intrinsik secara biologis tetapi juga dipengaruhi oleh konteks budaya di mana individu dibesarkan dan hidup (Egele & Stark, 2023).

Norma budaya dan peran gender memengaruhi pilihan makanan, dengan laki-laki mengonsumsi lebih banyak daging merah dan olahan sementara perempuan lebih memilih makanan sehat (Wardle et al., 2004). Memahami preferensi spesifik gender ini dapat menjadi kunci untuk intervensi kesehatan masyarakat yang ditargetkan. Misalnya, mendorong pola makan seimbang berbasis tanaman di kalangan laki-laki dapat mengurangi risiko kesehatan terkait konsumsi daging merah yang tinggi (Gu et al., 2023). Selain itu, promosi sumber protein alternatif, seperti makanan berbasis kedelai, sebagai pengganti daging dan produk susu, dapat meningkatkan diet kedua jenis kelamin, terutama laki-laki (Banach et al., 2022).

Perbedaan Gender dalam Preferensi Makanan

Preferensi makanan antara laki-laki dan perempuan menunjukkan pola yang berbeda, mencerminkan perbedaan dalam selera, kebiasaan, dan mungkin kebutuhan biologis. Laki-laki cenderung lebih suka makanan yang kaya kalori dan lemak, seperti daging merah dan olahan, yang mungkin disebabkan oleh faktor biologis dan budaya. Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung mengonsumsi makanan berkalori tinggi karena respons penghargaan neural yang lebih besar terhadap makanan tersebut (Manippa et al., 2017). Selain itu, konsumsi daging merah yang lebih tinggi pada laki-laki juga dapat dikaitkan dengan pandangan sosial tentang maskulinitas yang terkait dengan kekuatan dan daya tahan fisik (Ritzel & Mann, 2021).

Sebaliknya, perempuan cenderung memilih makanan yang lebih sehat, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan produk berbasis kedelai. Kecenderungan ini mungkin disebabkan oleh kombinasi faktor biologis dan sosial. Perempuan sering kali memiliki motivasi yang lebih besar untuk menjaga berat badan dan kesehatan secara umum, yang mendorong mereka untuk memilih makanan dengan kandungan gizi yang lebih baik (Legget et al., 2023). Selain itu, peran gender tradisional yang mendorong perempuan untuk lebih peduli terhadap kesehatan dan nutrisi keluarga juga dapat berperan dalam membentuk preferensi makanan mereka (Wardle et al., 2004).

Kebiasaan Makan dan Pola Lapar

Kebiasaan makan dan pola lapar juga menunjukkan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki lebih cenderung melewatkan makan, terutama sarapan, dan melaporkan rasa lapar yang lebih besar menjelang malam (Leone et al., 2022). Sebaliknya, perempuan cenderung makan lebih sering dan menunjukkan rasa lapar yang lebih merata sepanjang hari. Mereka juga lebih cenderung ngemil di sore hari, yang sering kali terkait dengan keinginan untuk makan makanan ringan yang sehat seperti buah-buahan (Hartmann et al., 2013).

Perbedaan ini dapat mencerminkan berbagai faktor, termasuk perbedaan dalam ritme sirkadian, tanggung jawab pekerjaan dan rumah tangga, serta respons emosional terhadap makanan. Laki-laki mungkin lebih cenderung melewatkan makan karena tekanan pekerjaan atau kegiatan lain, sementara perempuan mungkin lebih teratur dalam pola makan mereka karena tanggung jawab untuk mengelola rumah tangga dan memastikan ketersediaan makanan untuk keluarga (Guerrero & Guerrero Puerta, 2023). Selain itu, perempuan lebih mungkin mengaitkan makanan dengan kenyamanan emosional, yang dapat menjelaskan kecenderungan mereka untuk ngemil lebih sering (Leone et al., 2022).

Aktivitas Fisik dan Preferensi Olahraga

Aktivitas fisik juga menunjukkan perbedaan gender yang signifikan, dengan laki-laki lebih cenderung terlibat dalam olahraga dan kegiatan fisik yang intens dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih sering memilih latihan kekuatan dan olahraga tim, yang mungkin mencerminkan norma sosial yang mendorong kompetisi dan kekuatan fisik sebagai bagian dari identitas maskulin (Deaner et al., 2012). Sebaliknya, perempuan lebih cenderung terlibat dalam olahraga ketahanan dan latihan keterampilan, yang mungkin lebih sesuai dengan norma sosial yang mengaitkan ketahanan dan presisi dengan peran perempuan (Capranica et al., 2013).

Perbedaan ini juga mencerminkan faktor biologis, seperti distribusi massa tubuh tanpa lemak dan respons hormonal terhadap latihan fisik. Perempuan mungkin lebih tertarik pada olahraga ketahanan karena struktur tubuh mereka yang cenderung mendukung ketahanan daripada kekuatan eksplosif (Bartolomei et al., 2021). Selain itu, faktor psikologis seperti motivasi untuk berolahraga dan persepsi tentang manfaat kesehatan dari aktivitas fisik juga dapat berperan dalam membentuk preferensi olahraga (Hurley et al., 2018).

Implikasi Kesehatan dan Strategi Nutrisi yang Dipersonalisasi

Pemahaman tentang perbedaan gender dalam preferensi makanan dan kebiasaan makan memiliki implikasi penting untuk kesehatan masyarakat dan strategi nutrisi yang dipersonalisasi. Intervensi nutrisi yang memperhitungkan perbedaan ini dapat lebih efektif dalam mempromosikan pola makan yang sehat dan mencegah penyakit kronis.

Bagi  laki-laki, strategi nutrisi dapat fokus pada pengurangan konsumsi daging merah dan olahan, serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya memilih makanan yang lebih sehat. Program edukasi yang menekankan manfaat kesehatan dari diet seimbang dan penggantian protein hewani dengan sumber nabati dapat membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2 (Gu et al., 2023). Selain itu, mendorong laki-laki untuk tidak melewatkan makan, terutama sarapan, dapat membantu mengatur pola makan yang lebih sehat dan meningkatkan energi sepanjang hari.

Bagi  perempuan, strategi nutrisi dapat fokus pada pentingnya mempertahankan kebiasaan makan yang sehat dan mengelola ngemil dengan cara yang sehat. Mendorong konsumsi makanan ringan yang kaya nutrisi, seperti buah-buahan dan kacang-kacangan, dapat membantu menjaga energi dan keseimbangan gizi sepanjang hari. Program edukasi yang menekankan pentingnya keseimbangan antara nutrisi dan kenyamanan emosional juga dapat membantu perempuan membuat pilihan makanan yang lebih sehat tanpa mengorbankan kepuasan makanan (Hartmann et al., 2013).

Kesimpulan

Studi ini menyoroti pentingnya pendekatan yang dibedakan berdasarkan gender dalam mempromosikan kebiasaan makan sehat. Hasil penelitian ini membuka jalan baru untuk intervensi nutrisi yang dipersonalisasi, mendorong profesional kesehatan dan pembuat kebijakan untuk mengembangkan strategi yang ditargetkan yang memperhitungkan kebutuhan spesifik gender yang berbeda. Ini dapat mencakup program pendidikan dan kampanye pemasaran yang disesuaikan dengan tren diet dan kekhawatiran kesehatan laki-laki dan perempuan, mempromosikan pendekatan yang lebih seimbang dan sadar terhadap nutrisi. Arah ini dapat menghasilkan hasil kesehatan yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih tinggi di seluruh gender.

Referensi:

  1. Tarnopolsky, M.A., & Saris, W.H. (2001). Evaluation of gender differences in physiology: an introduction. Current Opinion in Clinical Nutrition and Metabolic Care, 4, 489–492. doi: 10.1097/00075197-200111000-00004
  2. Della Torre, S., & Maggi, A. (2017). Sex differences: a resultant of an evolutionary pressure? Cell Metabolism, 25, 499–505. doi: 10.1016/j.cmet.2017.01.006
  3. Orsini, C.A., Brown, T.E., Hodges, T.E., Alonso-Caraballo, Y., Winstanley, C.A., & Becker, J.B. (2022). Neural mechanisms mediating sex differences in motivation for reward: cognitive bias, food, gambling, and drugs of abuse. Journal of Neuroscience, 42, 8477–8487. doi: 10.1523/JNEUROSCI.1378-22.2022
  4. Chao, A.M., Loughead, J., Bakizada, Z.M., Hopkins, C.M., Geliebter, A., Gur, R.C., et al. (2017). Sex/gender differences in neural correlates of food stimuli: a systematic review of functional neuroimaging studies. Obesity Reviews, 18, 687–699. doi: 10.1111/obr.12527
  5. Westenhoefer, J. (2005). Age and gender dependent profile of food choice. Forum of Nutrition, 57, 44–51. doi: 10.1159/000083753
  6. Manippa, V., Padulo, C., van der Laan, L.N., & Brancucci, A. (2017). Gender differences in food choice: effects of superior temporal sulcus stimulation. Frontiers in Human Neuroscience, 11, 597. doi: 10.3389/fnhum.2017.00597
  7. Legget, K.T., Cornier, M.A., Sarabia, L., Delao, E.M., Mikulich-Gilbertson, S.K., & Natvig, C. (2023). Sex differences in effects of mood, eating-related behaviors, and BMI on food appeal and desire to eat: a cross-sectional survey study. Nutrients, 15, 762. doi: 10.3390/nu15030762
  8. Egele, V.S., & Stark, R. (2023). Specific health beliefs mediate sex differences in food choice. Frontiers in Nutrition, 10, 1159809. doi: 10.3389/fnut.2023.1159809
  9. Wardle, J., Grilo, C.M., & De Castro, J.M. (2004). Gender differences in food choice: the contribution of health beliefs and dieting. Annals of Behavioral Medicine, 28, 108–117. doi: 10.1023/B
    .0000023043.62215.58
  10. Gu, X., Drouin-Chartier, J.P., Sacks, F.M., Hu, F.B., Rosner, B., Willett, W.C. (2023). Red meat intake and risk of type 2 diabetes in a prospective cohort study of United States females and males. American Journal of Clinical Nutrition, 118, 1153–1163. doi: 10.1016/j.ajcnut.2023.08.021
  11. Banach, J.L., Van Der Berg, J.P., Kleter, G., Van Bokhorst-van De Veen, H., Bastiaan-Net, S., & Pouvreau, L. (2022). Alternative proteins for meat and dairy replacers: food safety and future trends. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 63, 11063–11080. doi: 10.1080/10408398.2022.2089625
  12. Guerrero, M.A., & Guerrero Puerta, L. (2023). Advancing gender equality in schools through inclusive physical education and teaching training: a systematic review. Societies, 13, 64. doi: 10.3390/soc13030064
  13. Leone, A., de Amicis, R., Pellizzari, M., Bertoli, S., Ravella, S., & Battezzati, A. (2022). Appetite ratings and ghrelin concentrations in young adults after administration of a balanced meal. Does sex matter? Biology of Sex Differences, 13, 25. doi: 10.1186/s13293-022-00434-2
  14. Hartmann, C., Siegrist, M., & Van der Horst, K. (2013). Snack frequency: associations with healthy and unhealthy food choices. Public Health Nutrition, 16, 1487–1496. doi: 10.1017/S1368980012003771
  15. Deaner, R.O., Geary, D.C., Puts, D.A., Ham, S.A., Kruger, J., Fles, E., et al. (2012). A sex difference in the predisposition for physical competition: males play sports much more than females even in the contemporary U.S. PLoS One, 7, e49168. doi: 10.1371/journal.pone.0049168
  16. Capranica, L., Piacentini, M.F., Halson, S., Myburgh, K.H., Ogasawara, E., & Millard-Stafford, M. (2013). The gender gap in sport performance: equity influences equality. International Journal of Sports Physiology and Performance, 8, 99–103. doi: 10.1123/ijspp.8.1.99
  17. Bartolomei, S., Grillone, G., Di Michele, R., & Cortesi, M. (2021). A comparison between male and female athletes in relative strength and power performances. Journal of Functional Morphology and Kinesiology, 6, 17. doi: 10.3390/jfmk6010017
  18. Hurley, K.S., Flippin, K.J., Blom, L.C., Bolin, J.E., Hoover, D.L., & Judge, L.W. (2018). Practices, perceived benefits, and barriers to resistance training among women enrolled in college. International Journal of Exercise Science, 11, 226–238.